Buletin Santri Edisi 33/Vol 4/Februari 2011 KARMA (cerpen)
Oleh: Ali Mahfudz
Siswa MA AL-KHOIROT
Panas semakin menyengat, matahari terasa tepat diatas kepalaku. Panasnya terasa membakar sumsumku, sekujur tubuhku menggelinjang kepanasan. Dentuman keras terdengar dari telinga kanan ku, lautan pasir menjadi awal dari cerita yang menyedihkan ini.
Kering kerontangnya pepohonan serasa menjerit kepanasan, seolah- olah memintaku untuk mengakhiri hidupnya agar ia lepas dari siksaan ini, angin bercampur debu panas menyerupai ribuan lebah, mataku tertutup dengan tumpukan debu panas. Aku ingin rasanya menjerit tapi aku tak kuat untuk mengucapkannya. Aku terus merayap dan merayap untuk menghindar dari cobaan ini namun aku tak kuasa, maut itu terus mengikutiku , tapi aku terus berusaha merayap seperti cicak kelaparan.
Dari arah kejauhan terdengar sayup-sayup merintih tapi aku tak menghiraukannya. Suara itu semakin terdengar keras di telingaku, aku semakin takut, akupun terus merayap dan merayap untuk menghindari suara itu. Ku coba memberanikan diri untuk menoleh ke arah asal suara itu, “ Masya Allah !“ , aku sangat terkejut , jantungku terasa copot dari tempatnya, denyut nadiku terasa melemah.

Tapi aku heran kenapa Malaikat itu jelek dan menakutkan, hatiku bimbang mengapa tidak sesuai dengan kata guru ngajiku, sewaktu aku kecil dulu. Semakin ku pandang semakin terlihat aneh, dalam benakku aku berfikir kalau dia bukan Malaikat, melainkan Jin atau Setan. Matanya bagaikan batu akik milik Si Dukun Santet dari Timur Tengah, hitam menkilap serta bercahaya, mukanya mengingatkan ku pada monyet peliharaan saudara Khoiruman yang gila pangkat ingin menjadi Kyai kondang, kepalanya mengingatkankan ku pada Hajar Aswad, bahkan hitamnya mahkluk itu melebihi Hajar Aswad yang di Ka’bah, pokoknya Masya Allah jeleknya.
Aku semakin terkejut karena makhluk jelek itu menghampiriku dan memegang kakiku. Aku dibantingnya ke batu besar hingga kepalaku terasa pecah. Darahpun terus mengalir deras dari keningku hingga meraupi seluruh wajahku. Lalu dia melemparkan batu besar tepat ke dadaku, terasa hancur sudah seluruh bagian dadaku dan remuk sudah rusuk-rusukku, darah pun keluar deras dari mulutku.

Selang beberapa waktu kemudian, makhluk itu menggangkat tubuhku yang tak berdaya dan memanggulku hingga dibawanya aku ke sebuah jurang yang penuh dengan bebatuan tajam, aku berusaha menjerit sekuat kuatnya tapi hasilnya nihil , tak seorangpun yang mendengarkanku. Dan akhirnya makhluk itu melemparkanku dengan sekeras kerasnya ke dasar jurang, “ Ahhkk……….!!!” Teriakku, tubuhku melayang di udara dalam hatiku aku bergumam, “mungkin ini hidup terkhirku,” tubuhku akan mendarat ke batu tajam itu, tubuhku akan hancur berkeping-keping, aku pasrah menanti sakaratul maut datang, aku pejamkan mataku dan menantikan kematianku..
“Braaa…k!!!!!” aku bingung kenapa aku masih hidup. Mataku tetap memejam lalu aku buka sedikit demi sedikit, aku sangat heran matahari yang yang sangat menyengat berubah menjadi sinar pagi dari arah jendela yang tepat pada wajahku, lautan pasir berubah menjadi hamparan kasur, bantal, guling, dll. Batuan yang penuh dengan darah yang mengucur dari kepalaku berubah menjadi hamparan air liur yang memeta dibantal kesayanganku yang di beri oleh Om Khotib saat aku masih lulusan SD dulu.
Aku merenung dalam hati, “ini hanyalah sebuah mimpi”, ku ulangi terus perkataan itu seolah aku jadi gila olehnya. Aku terus merenung dan merenung, dalam renunganku aku masih ingat persis wajah makhluk jelek yang menyiksaku dalam mimpiku. Aku terus berfikir, sepertinya aku kenal dengan wajah makhluk itu, dan seperti ada petunjuk Ilahi, aku serontak ingat pada temanku dulu yaitu Mach’am yang sering ku olok-olok dan ku lecehkan di depan umum, bahwa dia tidak akan pernah mendapat istri karena saking jeleknya.
Tok .. tok.. tok… , terdengar sura ketukan dari pintu depan. Aku sangat kaget, mungkinkah dia makhluk jelek itu, ku beranikan diri menuju pintu depan , dengan hati berdebar debar pintu ku buka sedikit demi sedikit dan leganya aku ternyata yang mengetuk pintu itu adalah bidadari yang sangat cantik, tapi dalam sekejap dia berubah menjadi makhluk jelek itu. Aku sangat kaget hingga aku jatuh tak sadarkan diri.
0 komentar:
Posting Komentar